MAROS SULAWESI SELATAN GERBANG INDONESIA TIMUR NEWS COM ——————-
Indonesia dikenal sebagai negeri agraris dengan hamparan sawah yang tak pernah habis memberi hasil panen. Namun, setiap musim tiba, limbah pertanian seperti jerami padi justru sering menumpuk. Sebagian dibakar, sebagian lagi dibiarkan membusuk, meninggalkan masalah baru bagi lingkungan.
Melihat persoalan itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan Universitas Muslim Maros (FAPERTAHUT UMMA) hadir dengan gagasan segar yakni mengubah limbah menjadi pakan bernutrisi melalui integrasi dengan tanaman Indigofera.
Solusi tersebut diperkenalkan dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD), pelatihan, dan bimbingan teknis (Bimtek) bersama Kelompok Tani Garonggong di Lingkungan Macoa, Kelurahan Soreang, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, pada Kamis (24/9/2025).
Kegiatan yang diketuai oleh Mirnawati, S.Pt., M.Pt. bersama anggota tim Dr. Muh. Risal, S.Pt., M.Si. dan Hajar, SE., MM., juga dihadiri Koordinator BPP Kecamatan Lau, PPL Kelurahan Soreang, perwakilan BSMB-TPH Sulsel, dosen FAPERTAHUT UMMA, hingga seluruh anggota kelompok tani.
Menurut Mirnawati, jerami padi di Macoa selama ini hanya diberikan langsung kepada ternak tanpa diolah. Padahal, cara tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi hewan.
“Di sinilah peran Indigofera masuk sebagai game changer. Tanaman hijau berdaun rimbun ini bukan sekadar pakan biasa. Kandungan proteinnya yang tinggi mampu meningkatkan kualitas nutrisi dari limbah pertanian yang tadinya miskin gizi,” jelas Mirnawati.
Ia menambahkan, integrasi limbah pertanian dengan Indigofera dapat melahirkan solusi pakan murah, sehat, sekaligus ramah lingkungan. Peternak tidak lagi bergantung pada pakan pabrikan, sementara limbah pertanian pun memperoleh nilai tambah.
Lebih jauh, penggunaan Indigofera terbukti mendorong produktivitas ternak, mulai dari pertambahan bobot badan sapi hingga ketahanan tubuh yang lebih baik.
“Bagi masyarakat, inovasi ini berarti dua hal, yakni ketahanan pangan yang lebih kokoh dan lingkungan yang lebih lestari. Tak ada lagi limbah terbuang percuma, semuanya kembali ke siklus kehidupan,” tutur Mirnawati.
Melalui pendekatan sederhana ini, kita diingatkan bahwa solusi besar sering kali berawal dari langkah kecil, menghubungkan apa yang tumbuh di sawah dengan apa yang dibutuhkan di kandang.
Laporan : Aswadi Hamid (Mahasiswa UMMA)
Penulis : Zainal Arifin, S.Hut.